Menyusul adanya peningkatan aktivitas vulkanik yang terpantau, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status aktivitas Gunung Api Burni Telong di Kabupaten Bener Meriah dari Level 1 (normal) menjadi Level 2 (waspada), Sabtu (2/8/2025). Gunung Burni Telong, dengan ketinggian 2.624 meter di atas permukaan laut, merupakan gunung api bertipe strato. Selama periode 1 Juli hingga 2 Agustus 2025, pengamatan visual menunjukkan kondisi gunung umumnya terlihat jelas, dengan suhu udara berkisar antara 18–32°C. Meskipun tidak teramati asap kawah, data kegempaan menunjukkan lonjakan aktivitas yang signifikan.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhamad Wafid, menjelaskan bahwa terjadi peningkatan aktivitas magma atau sistem hidrotermal. Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah gempa Vulkanik Dalam (VA) pada bulan Juli 2025, khususnya pada tanggal 22–24 Juli. “Selain itu, tercatat sebanyak 24 kali gempa Tektonik Lokal yang mengindikasikan adanya tekanan regional di sekitar gunung,” ujar Wafid. Aktivitas ini terus berlanjut, dengan peningkatan gempa Vulkanik Dangkal pada 1–2 Agustus 2025, sehingga diperlukan kewaspadaan yang lebih intensif.

Saat ini KESDM melalui Pos Pengamatan Gunung Api Burni Telong terus mengamati dan memberi informasi terupdate yang disebarkan ke instansi terkait dan masyarakat. KESDM menghimbau Masyarakat dan pengunjung/pendaki Gunung Api Burni Telong tidak mendekati areal kawah dalam radius 1,5 km dan tidak berada di daerah fumarola dan solfatara pada saat cuaca mendung atau hujan, karena konsentrasi gas berbahaya dapat meningkat dan membahayakan keselamatan.

Pemerintah Kabupaten Bener Meriah bergerak cepat dengan membentuk Tim Komando Waspasa (Level 2) Gunung Api Burni Telong Kabupaten Bener Meriah (3/8/2025). Selanjtnya Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaksanakan Rapat Persiapan dan Workshop Simulasi Burni Telong, Senin (1/9/2025) di Al Fattah Hotel. Simulasi yang dibuka oleh Plt. Sekretaris Daerah Armansyah, S.E., M.Si. diharapkan dapat mewujudkan kemampuan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana alam. Terdapat 4 kegiatan lanjutan yakni FGD 1 dan 2, Pemantapan Pelaku dan Gladi, Pelaksanaan Simulasi, dan Evaluasi.